Tuesday, July 22, 2025

Our Hajj Journey - Part 3

Sehari sebelum hari Arafah kami diberikan gelang syarikah. Ini semacam ID card untuk dapat masuk ke tenda Arafah dan Mina. Bertambah lagi deh aksesoris Haji kami 😁 Apabila barcode yang ada di gelang tersebut discan, maka nama, nomor pasport, nomor maktab, dan beberapa informasi lainnya akan muncul. 


Kami juga diberikan arahan untuk mandi Ihram dan sholat sunnah Ihram, kemudian standby di kamar masing-masing hingga dipanggil untuk berangkat menuju Arafah. Niat Haji akan dibaca bersama-sama saat di dalam bus. Saat itu diperkirakan kami akan diberangkatkan sekitar pukul 10 malam. Resah dan gelisah menunggu bersama dengan teman-teman sekamar. Inilah kami yang sudah siap untuk melaksanakan puncak ibadah Haji.


Pada akhirnya kami baru berangkat pukul 2 dini hari. Ini karena ketatnya proses pemeriksaan sehingga bus hanya boleh direlease satu per satu. Sebelum naik bus pun kartu nusuk kami discan oleh petugas dari syarikah. Alhamdulillah, perjalanan ke tenda Arafah lancar dan ga macet sama sekali. Kami tiba di sana sekitar pukul 3 pagi. Tendanya luas dan nyaman sekali. Tiap jamaah haji mendapatkan satu sofa bed kecil, satu set sprei dan bed cover, dan goodie bags yang isinya macam-macam. Alhamdulillah...alhamdulillah. Hanya bisa mengucap syukur kepada Allah sekaligus memohon agar tidak lalai untuk senantiasa berdoa, bermunajat, dan beribadah di hari Arafah dengan fasilitas senyaman itu. 





Kami melaksanakan sholat subuh berjamaah tidak lama setelah tiba. Jamaah Haji diminta untuk beristirahat karena waktu yang paling mustajab untuk berdoa adalah ba'da Dzuhur hingga Magrib. Daku sempat tidur sejenak setelah syuruk, lalu sayup-sayup terdengar himbauan untuk sarapan. Akhirnya janjian makan bareng sama si Baping dan foto-foto sedikit. Maktab kami di Arafah adalah di 444. 





 

Toilet banyak tersedia. Namun menjelang siang air di salah satu kompleks toilet mati total. Akhirnya tiap ke toilet pasti bawa beberapa botol air mineral. Yang disayangkan adalah cukup banyak jamaah yang tidak turut menjaga kebersihan dan tidak membuang sampah di tempat yang semestinya. Sehingga di toilet ada banyak sekali botol air mineral kosong yang memenuhi meja wastafel. Begitupula lantai toilet, penuh dengan tisue, botol air kosong, bahkan panty liners. Sedih banget sih. 

Makanan pokok dan snack diberikan berlimpah ruah. Kami bisa sepuasnya makan es krim, buah-buahan, roti, mie, dan masih banyak snak lainnya. Ada beberapa yang kami bawa pulang supaya anak-anak bisa nyobain snack dari Arab Saudi. 

Khutbah Arafah disampaikan dengan sangat baik oleh salah seorang Ustadz. Air mata ga kunjung berhenti mengalir sejak pagi hari. Sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Hari Arafah memang terasa sangat istimewa. Kami begitu yakin bahwa Allah turun dari singgasanaNya pada hari itu, membanggakan hamba-hambanya yang berdoa dan memohon ampunanNya. Selepas ashar, masing-masing rombongan bus berdoa bersama. Saat itu kami berdoa di luar tenda, menengadahkan tangan kami langsung di bawah langit Arafah. 



Inilah foto-foto bersama Ibu-Ibu di rombongan Bus 12 selama di Arafah 💗





Sedih, hari Arafah akhirnya berlalu. Meski sudah banyak berdoa tapi rasanya masih kurang optimal. Mungkin ini kesempatan kami satu-satunya bisa wukuf di Arafah. Namun kami tetap berdoa semoga kelak Allah memperkenankan kami untuk kembali berdoa di sini, tanpa mengambil hak orang lain untuk berhaji. 

Pukul 10 malam kami menaiki bus menuju ke Mudzalifah. Kami menggunakan skema Murur saat di Mudzalifah, yaitu hanya melintas dan tidak turun sama sekali dari bus. PT Patuna akan memberikan kerikil untuk melempar jumrah kepada jamaah Hajinya, sehingga kami tidak perlu mengumpulkannya di Mudzalifah. Dari serangkaian ibadah Haji, ingatan yang paling remang-remang adalah saat melintasi Mudzalifah. Saat itu kami dalam kondisi kelelahan dan kurang tidur, sehingga setelah mengikuti doa yang dipimpin oleh Ustadz Syaiful, hampir semuanya tertidur pulas. Yang daku ingat dengan jelas hanyalah sesi berdoa bersama itu. Sempat sih melihat ke luar jendela dan menyaksikan banyak jamaah haji yang duduk atau berbaring di atas sajadah di tanah Mudzalifah. Namun ketika sedang berdzikir dan bertalbiyah, tiba-tiba waktu terasa hilang. 

Ingatan selanjutnya adalah mendengar Pak Ustadz mengumumkan bahwa kami sudah cukup waktu di Mudzalifah dan bus akan segera menuju Masjidil Haram. Kemudian terlelap lagi, terbangun sebentar saat bus beberapa kali di-detour karena banyak jalan yang ditutup. Lelap lagi. Baru benar-benar sadar ketika sudah sampai di depan Hotel Anjum. Kami diturunkan dari bus untuk kemudian melanjutkan berjalan kaki ke Masjidil Haram untuk melaksanakan Tawaf Ifadah dan Sai. 

Alhamdulillah pelataran Ka'bah masih relatif kosong saat kami Tawaf. Untuk pertama kalinya kami bisa terus ikut dengan rombongan dan dengan jelas mendengar suara Ustadz Syaiful lewat trasmitter. Begitu kami menyelesaikan putaran ketujuh, pelataran tampak sudah jauh lebih penuh. 



Kami melaksanakan Sai di lantai dasar. Saat itu sudah cukup padat, namun dapat terus bersama rombongan. Sai selesai tepat menjelang adzan Subuh berkumandang. Kami menggelar sajadah di jalur Sai dan setelah sholat berkumpul di Hotel Anjum untuk sarapan. Bapak dan beberapa jamaah pria lainnya sempat cukur di salah satu barbershop di seberang Masjid untuk bertahalul.     

  


Setelah sarapan, kami kembali ke apartemen kami di Aziziyah. Macet ga terkira. Perjalanan yang biasanya ditempuh dalam 15 menit menjadi 4 jam. Beruntung bus kami masih bisa keluar dari wilayah Masjidil Haram, karena kabarnya ada bus lain yang masih tertinggal dan ga bisa keluar sama sekali. Maklum, saat itu Idul Adha berbarengan dengan hari Jumat, sehingga pastinya wilayah itu dipenuhi lautan manusia. Kami baru tiba di apartemen pukul 12 siang. Langsung mandi, makan pop mie dan teh hangat (karena ga sanggup turun untuk makan di ruang makan), dan tidur lelap. Ini penting, karena ba'da Ashar kami akan melaksanakan lempar Jumrah Aqobah dan jalan kaki ke tenda kami di Mina dan mabit di sana. Suasananya sangat sepi saat kami melontarJumrah Aqobah, seperti terlihat di foto di bawah ini. Setelah semuanya melempar Jumrah, kami berdoa bersama. Ini menandakan bahwa seluruh rukun Haji telah kami laksanakan dan kami sudah resmi menyandang gelar Haji dan Hajjah. Semoga mabrur dan Engkau ridho ya Allah 💜


Selanjutnya kami menuju tenda Mina untuk mabit. Maktab kami di Mina adalah 115. Definisi mabit di sini bukan betul-betul tidur di Mina semalaman. PT Patuna mengambil syarat yang paling ringan, yaitu berada di Mina lebih dari separuh malam saja. Misalnya dari Magrib sampai Subuh lamanya 10 jam, maka kami harus ada di wilayah Mina minimal 5 jam lewat sedikit. Dengan demikian, kami cuma berdiam diri di tenda selama beberapa jam saja. Sekitar pukul setengah 11 malam kami sudah bersiap meninggalkan tenda, jalan pelan-pelan untuk kembali ke apartemen kami dan beristirahat di sana. Meski tidak betul-betul bermalam, disunnahkan untuk tidur. Maka itulah yang daku lakukan setelah sholat Magrib, Isya, dan berdoa. Oh iya, di sini kami juga mendapat sofa bed, bantal, dan selimut. Ini kondisi tenda kami di Mina. 




Untuk menggenapkan 5 jam lebih sedikit maka kami berjalan pulang dengan sangat pelan. Saat itu tempat lempar jumroh sepi sekali, dan kami diarahkan untuk naik ke lantai 3 untuk dapat kembali ke wilayah Aziziyah. Karena sepi begitu jadi bisa puas foto-foto.





Keesokan harinya, tanggal 11 Dzulhijah, kami melempar tiga Jumrah sekaligus, yaitu Ulla, Wustho', dan Aqobah. Seperti kemarin, kami juga berangkat melempar jumrah sekitar ba'da Ashar. Bedanya adalah kali ini Jamarat penuh luar biasa dan kami harus berdesak-desakan saat melontar. Daku menggandeng Bapang erat-erat supaya ga berpisah. Saat itu yang terlintas di pikiran kami adalah jangan sampai terjatuh. Kalau sampai jatuh maka besar sekali risiko terinjak-injak jamaah yang lain. Rombongan bus kami sempat terpisah sejak dari Jamarat Ulla, namun alhamdulillah bisa kembali berkumpul. Sebagai rombongan, kami berusaha saling menjaga dan tetap bersama-sama untuk menuju tenda Mina selepas melontar. Kira-kira beginilah kondisi lempar jumrah di hari kedua. Akhirnya merasakan juga bagaimana sesaknya kondisi saat puncak Haji. Namun demikian, kami tetap bersyukur karena diberi berbagai kemudahan dan fasilitas yang baik selama melaksanakan Haji. Yang selalu diingatkan oleh Pak Syam selaku Direktur PT Patuna adalah agar kami senantiasa sabar, ikhlas, dan berteguh hati.

 





Berbeda dengan pelaksanaan lempar jumrah hari pertama dan kedua, di hari ketiga kami melakukannya ba'da Subuh. Sebelum sarapan kami sudah berkumpul dan berjalan menuju lokasi Jamarat. Kali ini kami diarahkan oleh Askar untuk melontar di lantai dua karena lantai dasar sudah penuh dengan lautan manusia. Alhamdulillah, karena mengikuti arahan tersebut maka kami ga perlu berdesakan saat melontar tiga jumrah. Di hari ketiga ini kami juga tidak perlu lanjut ke tenda Mina selepas melontar karena mengambil skema Nafar Awal. Jadi setelah melempar jumrah Ulla, Wustho', dan Aqabah, kami langsung kembali ke apartemen. Karena lokasi Jamarat sangat sepi dan kondusif, kami dapat berdoa bersama dengan dipimpin Ustadz Syaiful dan berfoto bersama. 




Terharu, kami telah melampaui puncak ibadah Haji. Yang tersisa hanyalah tawaf Wada yang akan dilaksanakan sebelum kami bertolak ke Jeddah. Karena telah resmi menyandang gelar Haji dan Hajjah, PT Patuna memberikan sertifikat Haji dan Hajjah kepada para jamaahnya.




Jeddah, 11 - 13 Juni 2025

Kami berangkat ke Jeddah pada hari Rabu, 11 Juni 2025. Sebelum turun untuk naik bus sempat foto-foto dulu di kamar bersama ketiga roomate. Akhirnya kebersamaan kami selama 12 hari berakhir juga. Mudah-mudahan tali silaturahmi bisa tetap terjaga sampai kapanpun 💗


Ada satu rangkaian ibadah wajib yang harus kami lakukan sebelum bertolak ke Jeddah, yaitu tawaf Wada, atau tawaf perpisahan. Meeting point-nya adalah di Hotel Jumeirah Jabal Omar. Seneng banget bisa kembali ke situ dan lunch di restonya. Tawaf Wada dilaksanakan tepat sebelum Dzuhur. Tentu saja saat itu panas dan terik. Tapi dengan niat yang kuat, Insya Allah segala kondisi kami hadapi dengan ikhlas dan tenang. Tidak lupa berkostum bak ninja dan berbekal spray air yang siap disemprotkan kapan saja diperlukan 😀 Eeh, Alhamdulillah ada teman rombongan yang foto candid saat kami berangkulan di depan Ka'bah 😅







Setelah tujuh putaran selesai, masing-masing jamaah sholat sunnah dan mencari tempat untuk melaksanakan sholat Dzuhur. Inilah foto-foto pasca sholat. Rasanya mau berlama-lama di situ sambil memandangi Ka'bah. 




Kami pun melanjutkan perjalanan ke Jeddah selepas makan siang di Jumeirah dengan menu yang selalu W.O.W. Kata Baping kalau nanti umroh cari travel yang nginepnya di Jumeirah aja. Wkwkwkwkw. Segitu terkesimanya.




Di Jeddah kami diinapkan di Hotel Mercure. Alhamdulillah suami istri kembali bersama dan kami dapat kamar yang bagus dan ada ruang tamunya. 






Kegiatan di Jeddah tidak lain dan tidak bukan adalah jalan-jalan ke tepi pantai dan ke pusat perbelanjaan. Sempat ada kejadian aneh dimana listrik di hotel kami mati selama beberapa jam. Waaaah langsung pada panik dan runsing. Kami mah selow aja, habis jalan-jalan langsung menuju kamar dan istirahat. Meski gelap-gelapan yang penting bisa tetap selonjoran. Beruntung listrik kembali nyala sekitar pukul 10 malam. Besoknya kami semua dapat hadiah parfum sebagai permohonan maaf dari pihak hotel. 









Kami tiba di Jakarta tanggal 14 Juni 2025. Selesai sudah perjalanan spiritual yang telah kami nanti lama sekali. Rasanya sudah rindu kepingin ke Mekkah dan Madinah lagi. Mampukan kami ya Allah untuk kembali ke sana dengan keluarga besar. Amiiin allahuma amiiin.

Bagaimana kabar anak-anak yang ditinggal ortunya naik Haji? Well, mereka hepi-hepi aja tuh. Hahahaha. Kayaknya ga ada kangen-kangennya sama sekali. Bebas deh tuh mau makan apapun dan main gadget seharian. Ga sekolah pula. Ketika kami Haji, mereka tinggal di rumah nenek dan semuanya tidur di kamar nenek. Makanya si nenek bahagia banget karena rumah rame selama sebulan penuh. Apalagi anak-anak ga pernah ngerepotin. Mereka dikasih makan apapun mau aja. Kalau nenek ga masak ya beli aja di resto padang atau lewat gofood. Sesimpel itu hidup mereka. 

Beberapa hari setelah kepulangan dari tanah suci, kami sekeluarga kembali ke Christchurch. Tidak seperti saat berangkat di mana kami transit di Sydney, kali ini kami transit di Melbourne selama 12 jam. Oleh karena itu memutuskan untuk keluar dari airport. Toh kami sudah punya transit visa. 



Ternyata di Melbourne juga sedang dingin-dinginya sehingga kami ga kuat berlama-lama jalan di lingkungan outdoor. Akhirnya di sana cuma sempat brunch di resto Indonesia, merasakan naik tram gratis, dan ke DFO. Niat ke DFO adalah belenjong, tapi kenyataannya kami cuma numpang tidur. Wkwkwkwkw. Rasanya memang selelah itu. Begitu terbangun dari mimpi langsung balik ke bandara. 










Tiba di Christchurch sudah lewat tengah malam. Kami dijemput oleh teman-teman tersayang 💜

Berakhir pula liburan kami yang panjang dan super seru. Saatnya kembali ke realita hidup. Hahahahaha...


-the wife-

No comments:

Post a Comment