Kami datang memenuhi panggilan-Mu Ya Allah. Kami datang memenuhi panggilan-Mu...
Setelah menanti delapan tahun, akhirnya panggilan suci itu datang menghampiri kami 💙
Semua bermula dari kabar yang kami terima via whatsapp dari staf PT Patuna pada akhir Oktober 2024. Staf tersebut meminta konfirmasi kesanggupan kami untuk pemberangkatan Haji tahun 2025. Bismillah, kami menyatakan sanggup dan langsung mentransfer setoran tahap 2. Alhamdulillah di bulan Desember diinformasikan lagi bahwa nama kami berdua masuk ke dalam kuota murni Haji Khusus Keberangkatan tahun 2025. Ya Allah bahagia dan terharu banget. Langsung mengabari mama. Kebetulan saat itu Mbah Ti sedang ada di NZ. Mereka sangat bersyukur karena anak-anaknya ini akhirnya bisa berangkat Haji.
Kami menyiapkan semua kelengkapan administrasi yang dibutuhkan di NZ. Mulai dari medical check-up, vaksin Meningitis dan Polio, dan biometrik online. Segala-galanya di NZ tentunya lebih mahal daripada di Indo, apalagi untuk keperluan Haji yang tentu tidak umum. Untuk MCU dan vaksin kami merogoh kocek sekitar $1,000 per orang. Itupun tingkat kerepotannya lebih tinggi daripada kalau kita melakukannya di Indonesia. Misalnya untuk MCU harus booking appointment ke 3 tempat yang berbeda (General Practioner, Lab, dan Radiology). Okelah gapapa, yang penting bisa naik Haji. Kami juga percaya bahwa Allah akan menggantinya dengan kemudahan-kemudahan dan rejeki yang berlipat ganda.

Selain itu, anak-anak perlu kami pulangkan sementara ke Indonesia dan tinggal di rumah Nenek saat kami berangkat Haji. Jadwal keberangkatan kami ada di tengah-tengah Term 2. Dengan demikian, kami harus mengabari sekolah agar anak-anak diizinkan tidak masuk selama 7 pekan. Alhamdulillah sekolah mereka sangat mendukung rencana tersebut. Daku juga dicutikan dua bulan dari kampus supaya bisa fokus ibadah. Hal-hal seperti ini seringkali bikin terharu. Ini negara yang sebagian besar penduduknya atheis, ga punya agama, ga percaya Tuhan. Tapi ketika kami bilang mau berangkat Haji, pihak sekolah dan kampus mengucapkan selamat dan mengakomodasi segala hal yang kami perlukan, termasuk memberikan izin untuk ga sekolah dan ga ngampus. Gurunya Dewa bahkan menyiapkan booklet untuk dikerjakan di Indonesia.
Anak-anak super excited karena akan liburan di Indonesia. Untuk Dewa dan Betari, ini kepulangan mereka pertama kali sejak menginjakkan kaki di NZ. Kami terbang ke Jakarta tanggal 7 Mei dan transit di Sydney selama 7 jam. Lihatlah wajah-wajah yang sumringah saat berangkat. Ndilalah flight pertama delay 3 jam lebih. Tapi itu ga mengurangi kebahagiaan karena sebentar lagi akan ke Indonesia. Apalagi di bandara Sydney bisa makan enak, contohnya roti boy, sushi, dan nasi lemak. Wah tambah semangat.
Sehari setelah tiba di Jakarta, kami bergegas ke kantor PT Patuna untuk menyerahkan paspor asli dan mengambil perlengkapan Haji, termasuk di antaranya bahan seragam yang harus dijahit. Langsung kelimpungan nyari tukang jahit yang bisa menjahit dengan instan karena kami harus berangkat karantina 7 hari lagi. Alhamdullilah ada tukang jahit yang mau menjahitkan seragam kami dalam 5 hari. Berkah selalu ya Pak...
Karena waktunya pendek, sebelum keberangkatan Haji, kami cuma sempat ajak anak-anak makan di Shabu Hachi, RM Padang Sederhana, dan jalan ke AEON Mall Tanjung Barat. Pernah juga ditraktir Mbah Ti makan siang di RM Ampera.
Manasik haji dan pemantapan dilaksanakan selama 2 hari di Aston Bogor sebelum flight ke Jeddah. Jamaah Haji PT Patuna cukup banyak, hampir 700 orang. Namun jamaah yang diberangkatkan bersamaan dengan kami mungkin sekitar separuhnya. Malam sebelum berangkat kami diberikan gelang haji dan uang saku. Ini gelang yang sangat berharga karena mahal dan POnya lama. Hahahaha...
Kami resmi memulai perjalanan haji kami di tanggal 18 Mei 2025 dengan flight pukul 12 siang. Hari itu tidak akan pernah terlupakan 💗
Karena jamaahnya yang berangkat di tanggal itu sangat banyak, PT Patuna mencarter satu pesawat Garuda Indonesia untuk memberangkatkan kami semua. Segala puji bagi Allah, penerbangan, proses imigrasi, dan pengambilan bagasi berjalan dengan lancar. Itinerary haji kami adalah Jakarta - Jeddah - Madinah - Mekkah - Aziziyah - Jeddah - Jakarta. Dengan demikian, begitu landing di Jeddah, kami langsung lanjut ke Madinah dengan menggunakan bus. Perjalanan darat ditempuh kurang lebih selama 6 jam.
Madinah, 19 - 23 Mei 2025
Kami tiba di kota Madinah Al-Munawaroh sekitar pukul 2 pagi. Selama di Madinah kami tinggal di Royal Nozol Inn, dekat sekali dengan pelataran Masjid. Meski sekamar hanya berdua saja dengan Baping, kami dapat kamar yang kasurnya tiga. Bahkan ada juga jamaah lain yang dapat kamar berkasur empat.
Setelah check-in dan wudhu di kamar, kami menuju Masjid Nabawi untuk sholat qiyamul lail hingga subuh. Hati terasa penuh dan bahagia luar biasa karena dapat kembali sujud di Masjid kesayangan Baginda Rasulullah. Terakhir kali ke sana mungkin sekitar 20 tahun yang lalu, saat diajak Umroh oleh Papa dan Mama. Air mata langsung tumpah saat sujud pertama kali di Masjid yang agung itu. Doa yang selalu daku panjatkan sejak menjejakkan kaki di kota Madinah adalah agar suatu hari nanti dimampukan untuk membawa anak-anak untuk turut sholat di Masjid Nabawi.
Selama di Madinah, kegiatan kami adalah sholat 5 waktu di Masjid, belanja sedikit, dan ziarah ke beberapa tempat, termasuk bukit Uhud dan perkebunan kurma.
Masing-masing dari kami juga sempat satu kali berdoa di Rawdah. Saat musim haji, jamaah yang akan ke Rawdah diatur dengan sangat ketat. Ini tentunya untuk menghindari penumpukan karena pasti ada banyak sekali jamaah yang ingin berdoa di tempat yang mustajab itu.
Muthawif selalu berpesan agar kami memperpanjang sujud supaya dapat berdoa dengan lebih leluasa. Soalnya kalau kelihatan sudah selesai sholat, pasti akan segera diminta berdiri dan pergi dari Rawdah. Mustahil nyontek buku doa atau catatan yang sudah dibuat dengan cermat. Akhirnya daku merapalkan doa apapun yang teringat. Tentunya semua doa terbaik untuk yang tersayang sudah hapal di luar kepala, termasuk untuk saudara dan teman-teman yang minta turut didoakan.
Ketika tiba di Rawdah, air mata juga otomatis mengucur deras. Hingga tiba kembali di pelataran kayaknya daku masih terisak-isak. Ada sesuatu di tempat itu, energi yang begitu besar, yang membuat kita merasa kecil, lemah, dan hina. Duh, jadi pengen kesana lagi... 😩 Ga ada foto selama di Rawdah yaaa, karena tentu lebih baik waktunya dipake untuk doa sebanyak-banyaknya dan mohon ampunan daripada foto-foto. Wkwkwkw. Ini cuma ada foto Bapak yang lagi antri menuju Rawdah dan air zam-zam yang diberikan di gerbang keluar dari area Rawdah. Ibu-ibu sempat foto di pelataran Masjid setelah kaluar. Meski mata bengep tapi kalo disuruh foto sih hayuk aja 😀
Karena bosan dengan makanan yang disediakan di hotel, kami juga sempat makan di salah satu restoran Indonesia yang bernama "Sunda". Daku makan mie rebus sementara si Bapang makan bakso. Lezaaat. Selain itu, atas saran dari Nia, kami juga makan ayam Karak. Ini digadang-gadang lebih enak daripada Al Baik. Bener sih. Ayamnya crunchy banget.
Di Masjid Nabawi, tiap hari Senin dan Kamis ada pembagian makanan dan minuman untuk berbuka puasa. Isinya adalah roti, yogurt, kurma, air mineral, tisue basah, dan dukkah. Yang terakhir disebut itu adalah serbuk yang dicampur ke yogurt. Rasanya enak, perpaduan asin-asam dan rempah. Di Mekkah dan Jeddah daku coba cari dukkah untuk dibawa pulang, namun sayangnya ga ketemu.

Penyelenggaraan Haji tahun ini terbilang sangat ketat karena pemerintah Arab Saudi ingin mengeliminasi kemungkinan adanya jamaah Haji ilegal. Dengan demikian, yang dapat melaksanakan ibadah Haji hanya jamaah yang memiliki visa Haji, bukan pemegang visa Ziarah, visa Umrah, atau visa Amil. Bahkan visa Haji Furoda saja tidak ada yang keluar sama sekali. Untuk menegakkan aturan tersebut, ada banyak banget pos pemeriksaan ketika akan masuk kota Mekkah, wilayah Arafah, dan Aziziyah (tempat melempar Jumroh). Selain memiliki visa Haji, jamaah Haji yang resmi juga dibekali dengan kartu Nusuk ber-barcode. Kartu inilah yang selalu discan di pos pemeriksaan. Karena sepenting itu, maka kami harus selalu membawa kartu Nusuk setiap kali bepergian, baik ke Masjid maupun ke tempat lain. Selain kartu Nusuk, identitas lain yang kami miliki adalah gelang dan ID card dari Kementerian Agama serta kartu maktab. Ga heran ada banyak banget lanyard yang terpasang di leher sepanjang kami berhaji.
Oh iya, kartu Nusuk dibagikan oleh petugas syarikah dua malam sebelum kami berangkat ke kota Mekkah. Malam itu kami dilarang keluar hotel ba'da Magrib agar selalu ready apabila petugas datang. Setelah menunggu dengan harap-harap cemas di kamar masing-masing, kami dipanggil turun sekitar pukul 22.30. Sempat ada drama saat pembagian kartu tersebut. Meski baru sebagian kartu Nusuk dibagikan, petugas syarikah siap-siap pulang dan hengkang dari hotel. Kami yang belum dapat kartu jelas terbengong-bengong. Alasannya adalah mereka kuatir ketinggalan kereta. Waaah speechless... Akhirnya kami diminta kembali ke kamar. Namun akhirnya diinfo untuk segera turun lagi karena petugasnya berhasil dibujuk untuk membagikan seluruh kartu Nusuk. Alhamdulillah, ga perlu menunggu sampai keesokan hari. Inilah penampakan kartu yang penting itu.

Hari Jumat pagi, tanggal 23 Mei 2025, kami bersiap berangkat ke kota Mekkah. Semenjak dari hotel sudah mengenakan baju ihram karena akan mampir di Masjid Bir Ali untuk ambil Miqat Umroh wajib. Sebelum naik ke bus disempatkan dulu foto-foto sambil pamit. Insya Allah kami akan kembali ke sini membawa anak-anak 💗
Setelah foto-foto langsung naik bus menuju Masjid Bir Ali untuk sholat jumat, sholat sunnah ihram, sekaligus berniat untuk Umroh wajib. Selanjutnya kami berangkat ke kota Mekkah al-Mukaromah dengan hati penuh dan lisan yang senantiasa mengucapkan kalimat Talbiyah.
Labbaik Allahuma labbaik, labbaika laa syariika laka labbaik. Inna al-hamda wa'l-ni'mata laka walmulk, laa syariika lak...
Lanjut di postingan berikutnya.
-the wife-
No comments:
Post a Comment