Friday, May 8, 2020

COVID 19 - Stay at Home


Sudah dua bulan ini kegiatan kami berbeda dari biasanya - anak2 sekolah dari rumah, ibu mengajar dari rumah, dan bapakpun sebagian besar kerja dari rumah. Ga ada jalan2 ke mal, RPTRA, warung bakso, atau toko buku. Ini semua bersumber dari virus corona yang sedang menghantui dunia karena sangat mudah menular dan cukup mematikan. Oleh karena itu, semua instansi sekolah sd perguruan tinggi ditutup, dan kegiatan belajar mengajar dipindah ke rumah masing2. Kami pun dihimbau (dan belakangan dipaksa, melalui peraturan mengenai Pembatasan Sosial Berskala Besar) untuk tetap tinggal di rumah, kecuali untuk sesuatu yg urgent. Dengan demikian, sebagian besar kantor juga menetapkan kebijakan work from home. Sudah berminggu2 ini pula bapak dan boys tidak sholat jumat karena rumah ibadah diminta utk ga menyelenggarakan kegiatan yg mengumpulkan orng dalam jumlah banyak utk memutus rantai penyebaran virus digdaya ini.

Di masa ini, kami jadi familiar dengan aplikasi virtual conference macam Zoom, Ms Teams, dan Google Meet. Juga ngerekam suara dengan PPT. Untuk pertama kali, platform pemelajaran jarak jauh UI - EMAS - jadi primadona karena kuliah dan ujian harus tetap jalan secara online. Jangan ditanya keribetannya. Di minggu2 pertama rasanya sutrisno berat. Tp the show must go on. Lama2 ya pasrah aja gitu. Yang patut disyukuri, anak2 tetap enjoy dan bahagia.


Peraturan berubah dalam hitungan hari. Oleh karena itu di awal masa2 social distancing, kami mulai stok bahan pangan seperti beras, mie instan, susu, minyak, dan gula. Gas pun kami beli satu tabung lg sebagai cadangan. Selain itu, dengan segala ketidakpastian (apakah akan ada tukang sayur? Tukang daging?), maka si ibuk juga memenuhi freezer dengan lauk2 matang dan frozen food cemilan anak2. Abon istimewa diimpor dari Wonosobo sebagai sumber protein instan. Alhamdulillah sampai hari ini semua bahan pangan tetap mudah didapat. Tukang sayur tetap jualan dengan sayur mayur, buah2an, daging, ayam potong, dan ikan segar.

Kami sudah memasuki bulan Ramadhan. Bulan puasa kali ini sungguh istimewa - ga ada bazar Ramadhan yang menceriakan dan sholat taraweh berjamaah di mesjid. Si mpok pun kami putuskan untuk libur dulu hingga lebaran. Semua kami lakukan di rumah secara mandiri. Untuk bersih2 rumah, ibu dibantu anak2 dan bapang. Tugas Mas Rama adalah masukin cucian ke mesin cuci dan menjemur, adik2 angkat jemuran dan kasih makan kucing, sementara bapak menyapu halaman dan cuci piring. Ga ada setrika2 dulu yaaa selama Mpok ga ada. Pakaian yg udah kering cuma dilipat aja. Hehehehe. Selama bulan Ramadhan ini pun ibu bikin peraturan segambreng dengan reward kupon main HP. Dengan begitu, bisa dipastikan bahwa anak2 selalu membereskan tempat tidur dan ga absen merapikan mainan.


Alhamdulillah, dengan persediaan lauk matang di freezer maka gw ga perlu masak setiap hari. Secara berkala juga kami pesan makanan via gofood untuk meringankan pekerjaan dan membantu mensejahterakan abang ojol dan warung makan/restauran. Yg rutin disiapkan sebelum buka puasa paling2 cuma minuman dan snack berbuka puasa. Tp ini sih ga terlalu repot krn biasanya cm perlu goreng2 aja. Dengan demikian, setiap waktu berbuka kami selalu bersyukur bisa tetap makan segala kesukaan kami. Perasaan syukur ini memang selalu gw ingatkan kepada anak2. Kami sungguh beruntung krn msh bs makan enak sementara banyak di luar sana yg makan aja susah akibat pandemi Corona ini. Maka di tiap waktu berbuka puasa, anak2 akan mengucap syukur kepada Allah. Selain itu, mereka pun berinisiatif mengucapkan terima kasih kepada orang tuanya yg sudah menyediakan makanan. So sweet kan :)


Karena ga boleh sholat tarawih di mesjid, maka kami sholat berjamaah di rumah. Kondisi ga boleh kemana2 ini ternyata juga menyimpan blessing in disguise. Ibadah ramadhan kami dapat lebih banyak dan rutin krn ga rempong dengan jadwal bukber atau belanja2 utk persiapan lebaran. So far, di hari ke 16 ramadhan, tarawih yg 'bolong' baru 2 kali. Anak2 semangat tarawih meski mintanya baca surah yg pendek2. Wkwkwkwkwkw. Oh iyaaa, Betari mulai belajar puasa di bulan ramadhan tahun ini. Seperti mas2nya dulu, Betari puasa sampai dzuhur, buka selama 1 jam, lalu lanjut puasa lagi sampai magrib. Alhamdulillah ga ada drama. Kadang sih dia menggumam sendiri bahwa dia bosan dan lapar sementara dzuhur masih lama. Hahahaha. Bahkan yg menyedihkan adalah dia pernah sengaja memaksa diri utk tidur saat nunggu dzuhur karena kelaparan. Duuuh kesiaaan... Tp Betari anak baik, dia ga pernah merengek2 minta buka puasa sebelum waktunya.


Begitulah update si ibu di masa pandemi ini. Sungguh, kejadian langka ini begitu berdampak pada kehidupan kami. Di awal tahun semua masih terasa normal, bahkan kami sempat jalan2 ke Malaysia dengan rasa aman dan nyaman. Ga nyangka bbrp bulan kemudian kondisi akan sama sekali berbeda. Jangankan jalan2 utk rekreasi, sekedar belanja bulanan aja perlu persiapan dan rasanya parno berat. Masker dan hand sanitizer adalah item yg wajib dipakai hari2 ini. Semoga semua cepat kembali normal. Amiiin...

-the wife-