Friday, December 2, 2022

Mendaftar ke kampus impian

Akhir tahun 2021 gw isi dengan kegiatan yang sangat produktif, yaitu mengerjakan berbagai peer sebagai persiapan pendaftaran kampus. Tahap awal adalah: MENYELESAIKAN PROPOSAL. Ini penting sbg bekal saat menghubungi calon supervisor. Ada kampus2 yang mensyaratkan approval dari calon supervisor sebelum bisa apply di sana. Kampus pilihan gw adalah yg mensyaratkan seperti itu. Jadi memang wajib berkorespondensi dengan calon supervisor sebelum daftar ke kampus. Dengan niat kuat dan disiplin waktu yang tinggi, proposal disertasi bisa gw sempurnakan dalam waktu 2 minggu. The power of kepepet works very well πŸ˜‚ Setelah itu gw kirim proposalnya ke Panggah, Nia, dan Mba Nanda untuk dicek substansi dan bahasa. Alhamdulillah di minggu pertama Januari 2022 semua revisi untuk memperbaiki proposal sesuai feedback teman2 bisa gw selesaikan.

Sepulangnya dari liburan awal tahun ke Anyer, proposal itu gw kirim ke calon supervisor di University of Canterbury (UC). Ini adalah kampusnya Panggah, dan profesor itu juga pembimbingnya Panggah. Kebetulan minat riset kami sama2 di Pajak, dan di kampus itu satu2nya professor di bidang pajak hanya beliau. Dua hari setelah itu, gw juga kirim proposal ke calon supervisor di Victoria University of Wellington (VUW). Dua kampus itu sama2 di New Zealand. Saat mendaftar LPDP, semua kampus pilihan gw ada di New Zealand (satu lagi University of Auckland). Ga tau kenapa, dari awal udah yakin banget mau kuliah di negara itu. Mungkin itu yg namanya jodoh ya πŸ˜„ Aniwei, gw blm approach profesor di University of Auckland karena itu buat cadangan aja seumpama ga keterima di UC atau VUW. 

Mulailah deg2an lagi nunggu balasan dari para profesor. Oh iya, yg gw kirim bukan cuma proposal, tapi Letter of Sponsorship dari LPDP dan juga Academic CV (lebih menonjolkan publikasi di jurnal ilmiah dan pengalaman riset daripada pengalaman kerja). Prof dari VUW langsung balas di hari yang sama saat proposal gw kirim. Respon beliau positif dan langsung ngajak janjian ketemu via Zoom di minggu depannya. Rasanya panas dingin ndreredeg ga karuan saat mengkonfirmasi kesediaan untuk Zoom Meeting di jadwal yang beliau sarankan. Nah, supervisornya Panggah me-reply di hari ke 5 setelah proposal gw kirim. Intinya tertarik juga untuk menjadikan gw sebagai mahasiswa bimbingan dan ngajak online meeting juga. Alhamdulillah, kedua meeting tersebut berjalan lancar. Persiapan all out ngapalin proposal dan tetek bengek latar belakang riset akhirnya ga kepake, karena saat Zoom meeting mereka hanya ngajak ngobrol2 ringan aja πŸ˜… Yasud, yg penting  semua sudah dilalui dengan baik dan dua2nya bersedia menjadi pembimbing gw.

Langkah berikutnya adalah mengisi form pendaftaran di UC dan VUW dan melengkapi berkas2 yang diperlukan. Akhir Januari 2022 seluruh persyaratan sudah gw penuhi dan bisa daftar dengan lancar jaya. Meski begitu, rasanya hopeless dan takut banget ga keterima. Teman yg bisa relate dengan gw dalam kondisi ini adalah Aulia, sahabat dekat sesama awardee LPDP yang juga lagi nunggu surat penerimaan dari kampus. Aulia adalah teman dosen yg sejak daftar LPDP selalu memotivasi gw dan ngasih tau segala persyaratan yg diperlukan. Akhirnya kami bisa barengan lagi di poin ini. Saling curhat, berkeluh kesah, dan menguatkan diri masing2 πŸ’•

Alhamdulillah, Letter of Acceptance dari UC gw terima di bulan Maret dan dari VUW di bulan Mei. Sejak awal memang sudah memantapkan diri untuk ambil di UC dengan berbagai pertimbangan, yaitu supervisornya pernah meriset di area yang sama dengan rencana riset gw (kepatuhan pajak UMKM), UC terletak di kota Christchurch di pulau selatan NZ yang terkenal sangat indah, kotanya sendiri juga merupakan kota kecil yang menurut kami nyaman untuk kami dan anak2, dan poin plusnya adalah ada Panggah yang bisa membantu proses kepindahan dan adaptasi kami di sana. Jadi LoA dari UC gw accept, dan VUW dengan berat hati gw decline. Meski udah mantap dengan pilihan ini, gw tetap sedih banget karena prof di VUW baik banget. Beberapa hari rasanya patah hati klo inget prof di VUW πŸ’”πŸ˜”




Begitulah, akhirnya gw berhasil diterima di kampus impian. At this point, I could say out loud that I am so proud of my-self. Thank you, for not losing hope and struggling hard in this challenging task. Thank you, for making our dream come true… πŸ’œ


-the wife-

The beginning of our new journey

 Allah Maha Baik

Allah selalu Maha Baik…

 

Setelah sekian lama akhirnya baru berani ceritain ini πŸ’œ

Perbincangan mengenai kebutuhan ibunya anak2 untuk meneruskan S3 sudah ada di keluarga kecil kami sejak 6 tahun yang lalu. Topik ini cukup sensitif karena kampus tidak mengizinkan untuk melanjutkan studi di dalam negeri. Dengan kondisi sudah berkeluarga dengan anak 3, tentu keputusan untuk kuliah di luar negeri akan merubah keadaan keluarga kami secara drastis. Oleh karena itu, rencana ini sebagian besar gw simpan sendiri di dalam hati kecil. I believe one day it will come true...

Mulai tahun 2018, suami mengizinkan gw ikut seleksi beasiswa S3 luar negeri. Saat itu yg gw ikuti adalah seleksi LPDP dan beasiswa pemerintah New Zealand. Dua-duanya tidak berhasil. Untuk LPDP sendiri, gw gagal di tahap kedua (seleksi akademik). Sementara aplikasi beasiswa pemerintah New Zealand sudah buntu sejak tahapan seleksi administrasi. Kecewa tentu ada. Tapi karena merasa belum optimal maka ya sudah, semua diterima dengan lapang dada. Tetap berpikir positif bahwa ini adalah jalan terbaik yang Allah berikan untuk gw dan keluarga.

Awal tahun 2021, Panggah, salah seorang sahabat baik yg saat ini melanjutkan S3 di University of Canterbury, NZ, menginformasikan bahwa kampusnya sudah masuk ke dalam daftar kampus LPDP untuk seleksi 2021. Kebetulan minat riset kami sama, dan gw memang mengincar kampusnya itu untuk melanjutkan S3. Mengingat tahun 2021 adalah tahun terakhir gw bisa daftar LPDP (karena batasan usia), maka gw berjanji kepada Panggah bahwa gw akan ikut seleksi. Si Bapang juga setuju karena menurutnya NZ adalah negara yang kecil dan tenang, jadi sangat cocok sebagai tempat sementara untuk membesarkan anak-anak. Ikut gw kuliah di luar negeri sepertinya merupakan bentuk refreshing yang bagus utk keluarga kami. Anak2 juga diharapkan bisa mendapat pengalaman yg berharga.

Gw ga berhasil daftar di Tahap 1 karena belum punya segala kelengkapan yang diharapkan, terutama sertifikat IELTS. Sertifikat gw yang sebelumnya udah expired di tahun 2020. Di awal 2021 gw juga berjibaku dengan 2 proyek roro jonggrangnya PPA. Gw katakan ke Panggah bahwa gw PASTI ikut di Tahap 2, karena itu betul2 kesempatan terakhir gw. Rencananya gw akan coba finalkan proposal disertasi dulu, berkorespondensi dengan calon supervisor, dan mendaftar ke kampusnya Panggah. Dengan demikian, saat mendaftar LPDP Tahap 2 gw udah punya amunisi lebih, yaitu Letter of Acceptance dari kampus. Siapa tau itu bisa menambah value gw di hadapan panitia seleksinya. Namun, itu juga akhirnya ga terlaksana. Kebanyakan janji2 palsu nih ya. πŸ˜‚

Pendaftaran Tahap 2 dimulai sejak 8 Agustus 2021 sd 8 September 2021. Di masa itu…hmm…gw mengerjakan proyek lain dari PPA yang betul2 menyita waktu, tenaga, emosi, dan pikiran. Selain itu,  jadwal tes IELTS gw tiba2 dibatalkan karena ada PPKM Level 4. Berdasarkan informasi di website-nya, tes baru bisa diselenggarakan lagi di tanggal 9 September 2021. Itu berarti sehari setelah pendaftaran LPDP ditutup. Namun Allah Maha Baik. Kurang lebih 2 minggu sebelum pendaftaran ditutup, PPKM dilonggarkan. Gw pun tau informasi ini dari Aulia, sahabat lainnya yang selalu memotivasi dan menyeret2 gw untuk stick to our plan mendaftar LPDP. Gw berhasil ikut tes di tanggal 31 Agustus 2021. Jangan ditanya apakah ada persiapan apa engga. Semuanya modal nekat. Lha wong sblm berangkat tes dan sambil nunggu tes aja gw masih kirim2 email kerjaan. Skor IELTS gw keluar di tanggal 5 September dengan overall score 7,5 (it was the best birthday gift ever), dan sertifikatnya gw ambil di tanggal 7. Pada akhirnya gw bisa melengkapi semua yang diperlukan untuk daftar LPDP tepat di hari terakhir pendaftaran. Selain atas pertolongan Allah, gw berhasil mendaftar juga tidak lain karena ada sahabat2 baik yang secara rutin mengingatkan timeline dan kelengkapan dokumen pendaftarannya.

Alhamdulillah gw lolos seleksi administrasi. Yang gw ingat adalah di masa itu gw sering mengutuki diri sendiri. Pekerjaan gw lagi naudzubillah banyaknya. Kerja 10 sd 12 jam sehari (seringkali 7 hari dalam seminggu) udah jadi makanan sehari-hari selama berbulan2. Belum lagi drama di pekerjaan ini. Oh Good Lord… Kalimat yang selalu menghantui saat lelah melanda dan emotionally drained adalah “Are you insane!? Are you trying to kill yourself? Kenapa harus nambah beban lagi dengan ikut seleksi LPDP? It’s too much…” Setengah dari diri gw berpikir bahwa “It is your ego that you try to satisfy!!”. Beneran, ini ga lebay 😭😭. Namun demikian, gw tetap berusaha tegar meski secara mental sebenernya udah hampir nyerah banget. Untuk persiapan tes akademik, gw beli buku tes CPNS CAT dan pakai buku TPA OTO Bappenas. Gw ngerjain latihan dari buku2 itu saat ada waktu luang. Pokoknya berusaha bgt bermental baja dan memenuhi otak gw dengan pikiran “I can do this. I will fight as a gift to my-tired-self.”

Tes akademik dilakukan secara online dengan muatan verbal, kuantitatif, logika, dan kebhinekaan. Internet gw sempat putus 4 kali selama tes berlangsung. Amazingly, gw ga panik. Akhirnya gw bisa menyelesaikan semuanya dengan skor akhir sebesar 180. Dengan skor segitu, alhamdulillah, gw berhasil lolos tahapan kedua. Menurut Aulia, soal tes akademik di Tahap 2 ini jauh lebih susah daripada di Tahap 1. Dengan begitu, passing grade turun jadi sekitar 150an. Padahal di Tahap 1 passing grade-nya 180. Tuh kan, Allah memang baik banget sama gw πŸ’™


Tahapan seleksi terakhir adalah wawancara. I think I messed this. Bener2 ga meyakinkan waktu nerangin tentang proposal. Lha wong proposalnya memang blm jadi. Hikksss…. Tapi ya udah, mo gimana again. Pasrah aja deh. Yang penting gw udah memenuhi janji ke diri gw sendiri, ke si Bapang, dan ke sahabat2 terdekat. Sisanya betul2 berserah kepada Allah. Hasil seleksi wawancara baru diumumkan lebih dari 1 bulan kemudian (gw wawancara di tgl 25 Oktober 2021). Awalnya dinyatakan bahwa pengumuman ada tanggal 3 Desember 2021, tp diundur ke tanggal 6 Desember 2021. Ada malam2 dimana gw terbangun krn mengingat pertanyaan2 yg diajukan saat wawancara. Meski udah berusaha menata hati dan selalu berdoa agar Allah memberikan apapun yg terbaik, tetep aja kepikiran.

Dr tanggal 3 Desember, teman2 terdekat udah heboh nanya2 dan ikut deg2an nunggu hasilnya. Gw pribadi bersiap untuk menemukan kalimat yang dimulai dengan kata “Maaf”. Namun, di tanggal 7 Desember pagi, begitu gw buka status pendaftaran beasiswa, yang terbaca adalah “Selamat…”. Gw langsung screencapture pengumuman itu dan mengirimkannya ke si Bapang. Setelah itu gw sujud syukur dengan tubuh menggigil dan tangan yang gemetar hebat.


Itu hanya awal, bukan akhir. Ga pernah menyangka bahwa setelah pengumuman perolehan beasiswa justru bebannya semakin berat. Gimana klo ga dapet supervisor? Gimana klo ga berhasil dapet LoA di kampus2 yg ditulis saat pendaftaran LPDP? Gimana klo ga bisa dapet visa krn border masih ditutup? Pertanyaan2 kyk gitu terusss aja terngiang2 di kepala. Otak rasanya ruwet minta ampun. Pada akhirnya si benang kusut itu harus diurai pelan2. Nanti ceritanya lanjut di postingan2 selanjutnya ya.


-the wife-

Wednesday, July 13, 2022

Holidey ke Batam dan Singapura Part 2

Hari ketiga trip, kami nyebrang dengan kapal ferry ke Singapura. Ini pengalaman pertama anak2 naik kapal, makanya mereka seneng bgt. Perjalanan ditempuh selama kurleb 40 menit. Ferrynya nyaman banget. Bersih dan dingiiiiin πŸ₯Ά

 







Kami tiba di hotel jam 1 waktu singapura tp blm bisa masuk kamar. Ini tampaknya lg peak season bgt di Singapura, jd hotel2 full booked. Oh iya, selama di Singapura kami nginep di Chancellor Hotel yang berlokasi di Orchard Road. Yipiiiyyy... Sambil nunggu masuk kamar, kami makan siang dulu gengs. Mulai terasa pegal2 krn hrs jalan kaki, ga kyk di Batam dimana kami dianter jemput minibus sewaan. Welcome to Singapore bgt lah pokoknya. Wkwkwkwkw. Oh ya, utk jalan2 yg agak jauh, kami pesen gocar/grab secara mandiri. Ga sanggup cyiin klo naik MRT πŸ˜ͺ



Setelah istirahat sebentar di kamar, kami ke gardens by the bay malem2 krn pengen lihat light show. Pegel jalan kaki dan nunggu bbrp jam rasanya worthed bgt begitu ngeliat pertunjukannya. Jadi tiap malam akan ada 2 jadwal light show, yaitu di jam 19.45 dan 20.45. Masing2 berlangsung selama 15 menit. Kami nonton di jadwal pertama. Emang sebagus itu gaes. Jadi ini wajib yah klo ke Singapura.








Selama trip ini, Mas Dewa langsung temenan akrab dengan anak2 temannya Bapak, yaitu Ciyo dan Fathi. Mereka kyk trio sekawan yg ga bisa dipisahin. Bahkan pd berharap kamarnya satu lantai. And it happens! Hahahaha. Jadi anak2 dpt di lt 5 sementara orang tua di lt 8. Mereka hepi bgt meski pisah ama ortunya. Tiap malam selama di Singapur anak2 itu kumpul di kamar Mas Rama dan Mas Dewa utk main bareng. Bahkan mereka numpang mandi juga krn biasanya malem2 br pulang dr plesiran dan beneran ga mau pisahan bahkan buat mandi. Nah, jam sebelas atau setengah 12 br dijemput ortu/kakaknya. Uwuuu bgt. Inilah contoh acara kumpul bocah di kamar anak2 kami yg udah kyk basecamp πŸ˜†


Keesokan harinya, agenda kami adalah ke USS. Setelah pandemi, USS baru buka di jam 12 siang. Jadi pagi2 jadwal bebas. Pak Boss pergi ke Mustofa Center untuk cari oleh2. Kami ga ikut krn udah ke sana habis dr gardens by the bay, sehingga akhirnya jalan2 aja berdua di Orchard Road utk cari tas utk si ibung dan beli garret popcorn. Seneng dong akhirnya beneran dpt tas Michael Kors. Hahahahaha. Baik bener sih Bapang. Kyknya gara2 dpt uang saku dari Pak Boss juga. Wkwkwkwkw...


Sampe di USS udah siang bangeed. Panasnya mentereng dan ruameeee πŸ₯΄ Wahana yg pertama kami naikin adalah Transformer. Ini balas dendam krn 3 thn lalu Betari blm boleh naik. Hahahaha. Habis itu, Dewa minta naik Battlestar Galactica, yaitu roller coasternya USS yang paling ekstrim. Tambah ekstrim lg krn kami naik yg Cyclon krn yg Human lg ga beroperasi di jam itu. Ini beneran rasanya kyk mo mati πŸ€•πŸ€― Dari yg awalnya teriak sampe ga bs teriak lagi. Kata Dewa jantungnya sakit. Wahahahaha. 



Selepas itu hrsnya kami makan siang, tp anak2 ga ada yg mau. Ibung sendiri udah mual2 krn kelamaan ga makan, jd malah ga bisa makan sama sekali. Ditambah abis naik Battlestar Galactica, makin2an mual 🀒 Ga banyak foto2 di USS krn kami asyik main. Soalnya USS tutup lebih awal 1 jam drpd sebelumnya. Wahana selanjutnya yang kami masuki adalah revenge of the mummy, jurasic park rapid adventure, canopy flyer, puss in boots, dan shrek 4-D adventure. Betari dan Mas Rama juga main accelerator saat ibung dan Mas Dewa naik battlestar galactica. Selama di USS, Mas Dewa tetap setia berendengan sama sohibnya πŸ˜ƒ




Kami beneran keluar begitu USS tutup. Anak2 ga ada yang mau makan dan kekeuh mau cepetan pulang aja. Dewa udah janjian ama temen2nya utk main bareng di kamar hotel πŸ˜‚ Yasud, kami langsung balik. Setelah ngedrop anak2, ibung dan bapang langsung jalan lagi ke Plaza Orchard yg jaraknya cm 300m dari hotel utk beli makan. Kami berdua makan di tempat dan bungkusin utk anak2. Selain itu, kami juga prepare makanan utk sarapan esok hari mengingat udah hrs checkout jam 8 pagi. Belinya yg gampil2 aja; donat dan mie instan. 

Hari terakhir, waktunya pulang deh. Kami nyebrang lagi ke Batam krn flight pulang memang dari Batam. Ini opsi yang ekonomis utk ke Singapura. Direct flight ongkosnya kurleb 10jt pp, sementara klo dr Batam sekitar 3jt pp. Selisihnya lumiyin bingits. Naik ferry juga ga terlalu mahal, yaitu 250rb sekali jalan. So, next time klo ada kesempatan liburan ke Singapura lagi, kami akan lewat Batam aja 😁

Sampai di Batam, kami dijemput minibus yg sebelumnya. Flight kami di jam 16.40, jd masih cukup banyak waktu utk makan siang dan cari oleh2. Bapak2 malah sempet makan duren lagi. 




Begitu deh jalan2 kami kemarin. Kali ini habisnya ga banyak yah krn apa2 dibayarin sama Pak Boss. Begitu sampe Jakarta, kami naik silver bird utk belagu2an. Yah, sekali naik silver bird ongkosnya mirip2 sama naik grab di Singapura 🀣

Sampe rumah udah tepar berat. Jd habis makan, mandi, dan sholat langsung pingsan 😴

-the wife-

Holidey ke Batam dan Singapura Part 1

Alrait, setelah berbulan2 hiatus, akhirnya si ibung update blog juga πŸ˜†. Bukan...bukan krn ga ada yg menarik utk diceritakan di bulan2 lalu, tapi justru karena terlalu banyak hal yang berbeda, maka jadi bingung sendiri harus cerita dari mana. Nanti klo semua udah lengkap, baru akan ditulis di blog #janji!


Eniwei, kami baru aja liburan di Batam dan Singapura. Agak odds ya pemilihan tempatnya, apalagi kami juga udah pernah ngajak anak2 ke Singapura 3 tahun yang lalu. Namun trip kali ini 100% free alias gratis, karena disponsorin oleh bosnya Bapang. Jadi kami dengan senang hati ikut dalam trip 5 hari 4 malam ini. 




Di hari pertama, kami terbang ke Batam. Ini adalah kali pertama kami naik pesawat sejak pandemi. Anak2 excited banget, krn terakhir terbang adalah 2,5 tahun lalu, saat kami liburan ke Malaysia. Seperti biasa udah heboh sejak bbrp hari sebelumnya. Saat ini, bandara udah normal lagi crowdnya. Ga ada tuh pemeriksaan macem2 terkait Covid-19. Di bandara kami ketemu sama temen2nya bapak.




Tiba di Batam, kami disambut sama tour guide dan mobil minibus kapasitas 20 orang. Penampakan luarnya sih ga meyakinkan, tp dalemnya bagus dan bersih. Baru pertama lihat mobil tipe itu jd agak2 norak. Wkwkwkwkw. 


Kami langsung menuju restoran seafood untuk makan siang. Batam terkenal sebagai kota penghasil kelapa, jadi salah satu suguhannya adalah kelapa muda yang segeeer. Inilah foto rombongan kami.



Begitu selesai makan, kami menuju resort tempat kami menginap yaitu Montigo Resort, Nongsa. Sepanjang perjalanan, tour guidenya terus2an bilang bahwa resort kami adalah resort mewah yang mahal bangedd. Terus terang itu ga terlalu tercermin di lobinya  🀣🀣





Tapi begitu kami sampai di villa... waaaaah emang bagus dan mewah bangeeet 🀩🀩. Keluarga kami dapat villa 2 kamar dan 3 kamar mandi. Di salah satu kamar mandi ada bathtub segede gaban. Dan yang paling menarik adalah: ADA KOLAM RENANG DI TERAS. Ga pake lama, Dewa dan Betari langsung nyebur. Hahahaha.




Ini pemandangan malam hari. Di seberang sana kelihatan kelap kelip lampu Singapura πŸ₯°



Agak malam sedikit, kami makan malam di villa bosnya Bapak. Klo villa kami rasanya gede, maka villa bosnya si bapang ini extraordinary. Wkwkwkwkw. Ada 3 kamar, dapur, ruang tamu, ruang makan, dan kolam renang yang gede. Ga heranlah lihat tarifnya di Agoda. Hahahahah. Makanannya pesen di gofood. Sederhana aja, yaitu nasi goreng, mie goreng, dan martabak. Tapi justru enak banget dan memuaskan. Kami bisa ngobrol2 dengan nyaman dan leluasa sampai hampir tengah malam. Ga sempet foto2 di sini krn emang fokusnya mamam dan ngobrol2 😁


Hari kedua, ibu dan bapak jalan pagi tipis2 di dlm area resort. Memang resortnya sebagus itu gaes. Klo ga dibayarin kyknya ga akan sampai di sini. Wkwkwkwkw. Alhamdulillah, rejeki bisa datang dalam bentuk apapun. Setelah sarapan, bocil2 langsung nyebur lg di kolam renang villa, lalu lanjut ke bathtub. Dimana2 sukanya emang main air. 







Habis itu kami kumpul lg di lobi utk naik minibus yg kmrn. Agenda hari ini adalah kulineran dan ke pantai. Tp itu hanya rencana saja sodara2. Wkwkwkwkw. Namanya pergi dengan anak2 segambrengan, jd agenda orng dewasa bisa dengan mudahnya tergusur. Realitanya adalah kami ngemall di Grand Batam Mall. Makan siang di pizza hut saja yah sesuai riques bocah2. Habis itu krucils2 main di Kidzilla sementara para remaja dan orng dewasa yg ga kebagian jaga anak di playground malah belanja2. Si ibung sendiri memberikan titah ke Mas Dewa utk jagain Betari selama mereka main di playground. Habis itu Ibu, Bapak, dan Mas Rama muter2 di mall.



Kelar dari mal, kami makan duren. Mantap jiwa sih ini krn ngerasain Musang King, Udang Merah, dan Black Thorne. Harga per duren ada yg lbh mahal drpd emas segram. Wkwkwkwkw. Tp rasa emang ga bohong yah. Liat aja nih bentukannya yg meyakinkan begini. Sayang yg black thorn ga sempat difoto krn ibung syibuk makan duren. Hahahahah. 



Makan malam kami sederhana aja tapi ueanaaak rek. Dalam perjalanan balik ke resort, kami mampir resto yg terkenal dengan kwetiaw gorengnya. Krn takut kekenyangan, ibu share nasi goreng ikan asin dengan Mas Rama. Bapak dan Mas Dewa berbagi mie goreng. Betari milih makan pizza sisa makan siang. Habis itu pulang deh. Anak2 kecil masih aja punya energi utk nyebur di kolam renang. Kali ini dibatasi hanya boleh maksimal 20 menit krn udah malem (saat kami sampe di villa mungkin udah jam 9 malam).


Kami baru tidur jam 10.30 malam. Si ibung udah packing sebagian besar barang karena besok pagi udah harus check out dan nyebrang ke Singapura. Awalnya kami berencana sholat ied dulu sebelum nyebrang. Tp waktunya ga memungkinkan krn tempat sholat terdekat jaraknya 30 sd 40 menit dari resort. So, diputuskan bersama bahwa ga sholat ied mengingat jadwal ferry kami adalah di pukul 10.40.



Okeh, udah kebanyakan ceritanya. Lanjut di Part 2 yah 😎


-the wife-