Gw ga tau kehilangan bisa terasa seberat ini. Meski sejak berminggu2 lalu gw udah berusaha menatar hati untuk pasrah terhadap kemungkinan perginya adik gw, tapi kenyataannya jauh lebih menyakitkan dari yang pernah terbayang.
Tidak adanya Cici membuat semuanya berbeda. Rumah gw terasa dingiiiiin bgt. Hari2 wiken yang biasanya dipenuhi suara gitar, bass, atau keyboard yang dimainin Cici sekarang sepi kelu. Baru beberapa hari Cici pergi, tapi semua energi positif di rumah gw rasanya udah terserap habis. Menurut beberapa teman, minggu2 kedepan akan lebih buruk lagi...
Rumah gw termasuk besar. Papa emang sengaja bikin banyak kamar supaya rumah ini bisa jadi 'rumah keluarga'. Karena gw pergi dan rizal juga udah punya rumah sendiri di depok, maka yang tinggal disini cuma papa, mama, evi, dan fikri. Sekarang fikri udah ga ada, maka evi harus tidur sendirian di lantai 2. Malah sebenernya evi bisa dibilang tidur sendirian di rumah, karena kamar papa dan mama dibuat di bagian extension rumah induk. Jadi untuk 'ngeramein' rumah selama masa2 sulit ini, untuk sementara gw ga ikut mas ke HCM.
Hmmm....kapan gw bisa berhenti menangis rasanya belum terbayang. Tapi gw berusaha untuk tetep kuat di depan papa dan mama. Meski pasrah tapi perasaan mereka hancur lebur. Gw menyadari bahwa apabila kesedihan gw digabung dengan kesedihan seluruh saudara di keluarga besar gw, maka itu pasti belum cukup untuk bisa menggambarkan kesedihan hati orang tua gw. Sekarang gw cuma bisa berdoa semoga Allah terus memberi kekuatan bagi keluarga gw untuk bisa bertahan dan menjalani hari ini, besok, dan besoknya lagi...
-the wife-
Sunday, March 8, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment