Kami merencanakan liburan musim panas yang berkesan untuk Mbah Ti. Meski demikian, tetap aja itinerary dan booking segala macam dilakukan mepet-mepet. Maklum, kalau ga deket-deket deadline rasanya kurang greget! Wkwkwkwkwk. Engga diiing, ini lebih karena isi otak udah penuh jadinya susah mikirin hal-hal lain. Dosen pembimbing sampe nyuruh segera booking akomodasi saat kami bimbingan terakhir sebelum natal, karena lokasi liburan yang kami tuju adalah kota turis paling favorit seantero NZ. Akhirnya sesi bimbingan bukan cuma ngomongin progres studi, tapi juga berisi rekomendasi tempat nginep di sekitaran Queenstown dan Te Anau.
Setelah diskusi singkat dengan Paksuami, inilah rute summer holiday kami bersama Mbah Ti:
Lake Tekapo - Tasman Glacier, Mt Hutt - Queenstown - Manapouri - Milford Sound.
Setelah itu balik lagi ke Christchurch via Queenstown dan Lake Tekapo. Kami menginap 2 malam di Queenstown dan 2 malam di Manapouri. Karena booking akomodasinya udah mepet banget (saat itu booking di pertengahan Desember untuk menginap awal Januari), maka pilihannya juga terbatas. Awalnya mau booking akomodasi di tepi danau Queenstown dan di kota Te Anau (bukan Manapouri), tapi either udah full booked atau yang tersedia harganya ga keruan mahalnya. Ahirnya kami booking rumah di Frankton (kota kecil di pinggiran Queenstown) dan di Manapouri. Total akomodasi untuk 4 malam sepertinya sekitar NZD2.500.
Day 1 - Senin, 6 Januari 2025
Kami start dari rumah jam 8 pagi. Saat itu Mas Dewa sedang kurang sehat. Sejak beberapa hari sebelumnya badannya hangat dan batuk lumayan parah. Sehari sebelum berangkat Ibunya mulai panik dan minta obat ke Mba Kiki. Akhirnya dikasih obat batuk, obat tidur, steroid, dan obat mual. Alhamdulillah napsu makannya masih baik dan ga ada kendala apa-apa selama perjalanan.
Seperti biasa kami mampir di Fairlie bakehouse. Antriannya beuuuh. Tapi untuk menuruti permintaan anak yang lagi sakit akhirnya Ibunya pun rela antri. Katanya dia udah terbayang-bayang makan Cronut. Hahahaha. Sekalian juga beli pie untuk Mas Rama dan Betari. Semuanya take away karena akan dimakan di Tekapo bersama dengan ayam KFC yang kami beli di Ashburton. Kami melipir ke area kosong sebelum pusat keramaian Tekapo supaya makan siangnya bisa lebih leluasa. Kebetulan kami tau di tempat itu ada beberapa picnic bench. Itu adalah tempat kami main salju di bulan Agustus tahun lalu.
Setelah makan siang dan istirahat sebentar di Lake Tekapo, kami melanjutkan perjalanan ke Tasman Glacier, Mt Hutt. Ini adalah rute trekking yang jauh lebih pendek daripada Hooker Valley. Ujungnya adalah danau Tasman yang airnya berasal dari lelehan es dari gunung. Karena Mas Dewa sedang kurang fit, maka dia, Ibu dan Betari ga ikut naik lebih jauh. Kami bertiga menunggu di Blue Lake sementara Bapak, Mbah Ti, dan Mas Rama terus naik sampai ke gardu pandang Tasman Lake.
Saat itu panas dan terik sekali. Ini sangat berlainan dengan cuaca di Christchurch yang selalu dingin dan hujan. Kami ga lama di tempat itu karena harus lanjut ke Queenstown. Mungkin itu baru separuh perjalanan. Di Cromwell (kota sebelum Queenstown), kami melihat ada beberapa perkebunan Cherry yang menawarkan Pick Your Own Cherry. Akhirnya diputuskan saat perjalanan pulang nanti harus mampir di sana untuk petik Cherry.
Kesan pertama melihat akomodasi kami di Frankton adalah ngeri dan horror. Depan rumah penuh dengan semak belukar. Garasinya juga keliatan bobrok. Tapi begitu kami masuk ke dalam, WOW. Rumah itu cozy banget. Meski udah jam 7 malam lewat, tapi rumahnya masih sangat terang dan hangat (cenderung panas) karena banyak jendela besar-besar yang memungkinkan sinar matahari masuk. Terharu iiih, inilah musim panas yang kami rindukan.

Ketika masuk ke kamar mandinya kami makin ternganga karena aestetik banget. Klosetnya pakai remote, mesin cuci dan dryer juga canggih. Selain itu, yang paling anak-anak hargai adalah keberadaan bathtub yang cantik. Betari udah siap-siap bawa bath bomb dari Christchurch karena tau bahwa di rumah yang kami sewa ada bathtubnya. Sesuka itu dia sama bathtub. Hahahaha.
Rumah ini model rumah panggung, seperti bisa dilihat di foto di bawah ini. Halaman belakangnya amat sangat luas, dengan berbagai pohon buah-buahan. Sayangnya belum ada yang bisa dimakan. Wkwkwkwk. Akhirnya makan Cherry yang dibawa dari rumah aja deh. Anak-anak kecil sangat suka main trampoline yang super gedaaa. Istimewanya lagi kami juga sering dikunjungi Jack the cat. Sayang kami ga bawa makanan kucing dari rumah, jadi cuma bisa elus-elus Jack aja tanpa bisa kasih dia makan. Pemilik rumah juga sangat thoughtful dengan menyediakan banyak boardgame untuk membuat anak-anak menjauh dari gadget.
Yang agak mengecewakan adalah master bedroom yang berada di lantai paling bawah. Suasananya gelap, gloomy, dan lembab. Sayang kemarin kelupaan difoto. Mungkin rasanya udah ilfil masuk situ, maka ga mood buat foto-foto. Di bawah ini foto yang diambil dari airbnb. Persis kyk gitu, tp dibuat lebih redup aja. Wkwkwkw. Kata si Bapak, kamar itu rasanya kayak ruang bawah tanah. Malam pertama kami masih tidur di situ, tapi malam kedua lebih milih tidur di daybed dekat jendela lantai atas. Betari yang awalnya tidur sama Mbah Ti pun akhirnya tidur bareng bapak ibunya di daybed itu. Mas Dewa mau join juga, tapi udah ga muat. Hahahaha.
Day 2 - Selasa, 7 Januari 2025
Hari kedua kami habiskan dengan jalan-jalan di pusat kota Queenstown saja. Di pagi hari kami naik Gondola dan Luge Ride. Kali ini naik Luge Ridenya 5 kali (dua tahun lalu kami naik 3 kali dan rasanya kurang). Saat Bapak dan anak-anak naik Luge Ride, Ibu dan Mbah Ti cuma foto-foto aja. Alhamdulillah cuacanya hangat.

