Kami sudah memahami karakter anak-anak sedari mereka kecil, termasuk karakter Mas Rama. Sejak dulu, Mas Rama adalah anak yang penurut, dapat diandalkan, punya pengendalian diri yang sangat baik, sopan, dan ga banyak permintaan. Setiap kali orang tuanya mau membelikan sesuatu dia pasti menolak dengan alasan, “Aku sudah punya, Pak, Bu.”
Selain kelebihan-kelebihan yang sudah disebutkan di atas, tentu dia juga punya beberapa sifat yang perlu diperbaiki. Mas Rama tidak berani mengambil risiko, kurang pandai bersosialisasi, dan sulit berempati. Ini sudah sering kami diskusikan bersama dengan harapan dapat membantu Mas Rama untuk memperbaiki diri dengan cara-cara yang membuat dia tetap nyaman. Di tengah proses itu, kami pernah saling emosi dan berakhir dengan membuat dia breakdown. Akhirnya kami sudahi episode itu dengan minta maaf dan menyadari bahwa mungkin kami harus menerima dia apa adanya. On top of all, kebahagiaan kami sebagai orang tua adalah melihat anak-anak bahagia dan sukses dunia akhirat. Jadi kami persilakan Mas Rama untuk melakukan apapun yang membuat dia nyaman dan bahagia asalkan tetap dalam rambu-rambu agama dan punya rencana yang jelas untuk masa depan.
Kami perhatikan setelah itu dia mulai mengembangkan dirinya. Mas Rama menujukan perhatian ke keluarga terdekatnya. Dia nge-Whatsapp neneknya waktu si nenek berulang tahun. Selain itu, dia memantapkan diri untuk fokus ke bidang yang dia sukai. Mas Rama juga berhasil menghadapi beberapa rintangan di sekolah dengan caranya sendiri, sambil sesekali berkonsultasi ke bapak ibunya. Menurut Whanau Teacher-nya, Mas Rama memang ga suka berteman, tapi dia punya beberapa teman yang suka ngobrol sama dia. Guru PE & Health-nya juga cerita kalau Mas Rama selalu tampak nyaman berinteraksi dan becanda dengan teman-temannya. Menurut kami itu sudah cukup.
Tapi lagi-lagi Mas Rama membuat kejutan. Yang membuat kami sangat bangga, dia berani ikut Australian Math Competition dan Cantamath Competition. Kami ikut mendampingi saat Cantamath Competition, nonton di bagian tribun. Kelihatan banget bahwa dia sangat tenang dan bisa berkomunikasi lancar dengan teman-teman satu timnya.
Fase yang dia lewati ini pasti ga mudah, apalagi di tengah gempuran hormon remaja (saat ini usia Mas Rama 15 tahun) dan di negara yang asing pula. Lebih dari setahun yang lalu kami menangis melihat dia kebingungan di minggu-minggu pertama sekolah. Sekarang kami terharu melihat seberapa jauh dia telah keluar dari zona nyamannya. Kami bahagia dia tidak mengalami culture shock, apalagi ikut-ikutan pergaulan ala barat. Mas Rama tetaplah Mas Rama yang penurut, santun, tabah, rajin sholat, dan rajin mengaji. Namun nilainya sudah bertambah dengan sifat penyayang, kepercayaan diri, dan keberanian yang kami tau pasti dia bangun dengan susah payah. Yang kuat ya sayang, bapak dan ibu akan selalu ada untuk mendampingi perjuanganmu...
-the wife-
No comments:
Post a Comment