Tuesday, October 29, 2024

Spring Snow


Saat ini di Selandia Baru sudah hampir dua bulan memasuki musim semi. Oleh karena itu bunga bermekaran dimana2. Di awal September lalu kami disuguhi pemandangan bunga sakura di sepanjang jalan. Di kampus UC ada satu jalan kecil yang kanan kirinya ditanami pohon bunga sakura, namanya Cherry Blossom Lane. Tiap kali awal musim semi, jalan ini akan dipenuhi orang yang foto2 atau piknik karena memang secantik itu. Kebetulan jalan kecil ini selalu dilalui si Ibu tiap kali menuju kantor di kampus. Maka hampir setiap hari saat musimnya mekar, keindahan bunga sakura dapat selalu dinikmati. Salah satu tempat yang juga banyak didatangi untuk menikmati keindahan bunga sakura di Christchurch adalah Hagley Park. Si Ibung dan Bapang pernah sore2 jalan berduaan di bawah pohon bunga sakura di sepanjang tepian Hagley Park.  










Bunga bermekaran di musim semi tentunya sangat wajar. Yang ga lazim adalah SALJU! Cuaca dan temperatur di NZ sini memang terkenal sebegitu galaunya. Satu hari panas terik, besoknya dingin sampai membeku, lusa berangin kencang, itu sudah biasa. Paginya dingin minta ampun tapi siang panas luar biasa pun kami ga heran. Kadang dalam seminggu di sini bisa mengalami 4 musim sekaligus. Ini terjadi pekan lalu. Kami ingat di pertengahan minggu lalu panasnya ga karu2an, sehingga hampir tengah malam pun suhunya mencapai 26 derajat celcius. Namun, hujan turun di hari Jumat - Sabtu dan suhunya dingin banget. Nah, di beberapa wilayah yang agak tinggi bahkan sampai turun hujan salju lebat yang mengakibatkan beberapa jalan ditutup, termasuk di wilayah Castle Hill. Tempat itu cukup dekat dengan Christchurch, dengan jarak sekitar 100km. Karena Senin kemarin tanggal merah (Labour Day) dan si Ibu dan Bapak ga ada jadwal kerja, maka kami pergi ke sana untuk menikmati spring snow. Beginilah pemandangan di sepanjang State Highway (SH)73 dari kota Springfield hingga Castle Hill. Amaziiiing 😍






Kami baru berangkat dari Christchurch jam 11.20 karena paginya leyeh-leyeh dulu. Anak2 seperti biasa semangat kalau mau mainan salju. Untuk makan siang kami bawa kentang goreng dari rumah dan mampir ke KFC untuk beli ayam goreng. Kami juga bawa beberapa snack dan minuman manis. Ini lumayan banget untuk ngirit. Lagipula di wilayah sana jarang ada tempat makan. Kalaupun ada paling cuma nyediain pie atau roti2an dan si Bapak sampe sekarang ga suka makan pie. Yasud, kayaknya udah paten banget tiap kemana2 bawa kentang goreng dan ayam KFC. 



Karena sejak hari minggu cuaca di sana panas banget dan wilayah itu jarang ada pepohonan, maka udah banyak salju yang mencair. Ketika tiba di Lake Lyndon (10 menit sebelum Castle Hill) saljunya udah tipis banget. Sempet agak down tuh. Apalagi anak2 udah bawa slide dari rumah untuk main seluncuran salju. Ini beberapa foto di Lake Lyndon.





Alhamdulillah di Castle Hill saljunya masih tebal. Anak-anak langsung hepi berat. Saat itu cuacanya panas terik. Yang awalnya kami pake kostum lengkap (celana waterproof, thermal suit, puffer jacket, dan sarung tangan salju), akhirnya mulai dilepas satu persatu. Betari pun ngelepas snow suitnya dan cuma pakai thermal suit aja. Ga heran kalau saljunya cepet banget cair. Beberapa bulan lalu kami ke Tekapo dalam situasi yang kira2 mirip seperti ke Castle Hill, yaitu dua hari setelah turun hujan salju lebat. Tapi di Tekapo saljunya masih tebal banget. Gapapalah, yang penting anak2 tetap bahagia. 









Karena anak2 keasyikan main salju akhirnya ga ada yang mau diajak naik ke batu-batu. Jadi cuma Ibu dan Bapak aja yang naik. Kami juga ga naik terlalu tinggi karena masih banyak salju di kanan kiri dan jalannya licin. Setelah foto2 langsung turun lagi ke tempat anak2 main. 








Setelah main selama beberapa jam kami pun kembali ke Christchurch. Dalam perjalanan pulang sengaja melewati Darfield dan berharap bisa mampir untuk beli es krim yang segede kembang kol itu. Tapi sayang, ternyata toko es krimnya tutup. Jadi kami langsung melanjutkan perjalanan pulang. Alhamdulillah jam 5 kurang udah tiba lagi di rumah. Anak2 langsung bikin popmie karena bawaan popmie kami masih utuh. Hahahahaha. Alhamdulillah bisa jalan2 seru yang murah meriah 💗 

Oh iya, hari sabtu lalu komunitas Indonesia di wilayah Canterbury mengadakan acara Bulan Bahasa. Tahun lalu Mas Rama menang lomba pidato di acara yang sama dan dapat voucher belanja $50. Dia juga juara 2 lomba Kahoot. Bapak dan Betari juara 1. Hahahaha. Jadi selain voucher $50 itu, keluarga kami membawa pulang throw blanket dan selimut tebal. Si Ibu saat itu ga ikutan karena mau persiapan confirmation. Ini foto mereka tahun lalu:






Tahun ini ga ada lomba pidato dan Kahoot. Panitia menyiapkan kuis singkat aja. Alhamdulillah Mas Rama menang salah satu kuisnya dan dapat voucher lagi $25. Wkwkwkwkwkw. Padahal voucher yang tahun lalu aja baru habis awal bulan ini. Yang ditonjolkan di acara tahun ini adalah pertunjukan budaya dari Sabang sampai Merauke. Jadi ada tarian dari Aceh, Betawi, Bali, dan terakhir Papua. Ibu dan Betari kembali ikut di tari Aceh. Kali ini bukan tari Saman, tapi tari Likok Pulo. Tingkat kesulitannya lebih tinggi daripada Saman dan durasinya juga 2 kali lebih panjang. Kami ikut latihan 4 kali bersama yang lainnya dan beberapa kali latihan sendiri di rumah sambil melihat video yang disiapkan Kakak Citra. Saking intensnya latihan sampai jari2 tangan dan paha kami memar. Alhamdulillah, meski masih salah2 tapi overall tarian kami berjalan lancar. Mas Dewa juga berpartisipasi dalam tarian Papua. Dia cuma latihan sekali, tapi udah oke banget. Ini video dan foto2 kami di hari itu:








-the wife-


Wednesday, October 16, 2024

Les renang di NZ

Ketika di Indonesia anak2 ga pernah kesampaian ikut les renang. Eits, si Bapang bilang Mas Rama dan Mas Dewa sempat ikut les beberapa kali di kolam renang Matoa. Bener ugaaa. Itu sebelum Bapak patah kaki. Setelah itu berhenti dan ga pernah mulai lagi. Sepertinya karena ibu mereka kelewat sibuk. Maklum, dulu pegang 3 pekerjaan sekaligus. Padahal kami menyadari bahwa kemampuan renang adalah basic skill yang harus dikuasai anak2. Cukuplah ibunya aja yang berkemampuan renang minim. Hahahaha





Nah, sesampainya kami di NZ, si bapang langsung mengusulkan supaya anak2 ikut les renang. Saat itu kebetulan Bapak dan Oom Panggah rutin main badminton di salah satu fasilitas pemerintah kota Christchurch. Ternyata di tempat itu juga ada kolam renang dan program les renang, namanya Swimsmart. Kami dapat info lebih setelah browsing2. Pada intinya program tersebut dilakukan di tiap school term dengan biaya $13.8 per pekan untuk 1 kali les dengan instruktur selama 25 menit. Peserta les harus commit utk ikut selama minimal 10 minggu (sesuai durasi 1 school term). Biayanya bisa dibayarkan sekaligus di week 1 ($13.8 × 10) atau direct debit per minggu (dari week 0 sampai week 9). Selain les sekali seminggu, anak2 juga bisa renang tiap hari di seluruh fasilitas Christchurch City Council (CCC) tanpa bayar lagi selama school term itu. Fixed, anak2 langsung kami daftarin. 

Setelah daftar, kami diberi jadwal assessment untuk menempatkan mereka di level yang sesuai dengan kemampuan renang mereka.  Inilah level yang terdapat di program Swimsmart CCC:




Mas Rama dan Mas Dewa masuk level Junior Learner - Basic, dan Betari di Flounders. Tapi sayangnya Mas2 ga dapet slot di fasilitas CCC yang dekat dengan rumah kami. Akhirnya Betari yang les duluan dan mas2nya menyusul 1 term kemudian. Kami pilih Jellie Park sebagai tempat les karena jaraknya cuma 4km dari rumah. Literally tinggal lurus doang 😅 Dulu pas awal les dapatnya di Graham Condon yang jaraknya lebih jauh (7km), tapi begitu ada slot di Jellie Park langsung minta pindah. 

                                               


Meskipun anak bungsu, tapi kemampuan renang Betari berkembang paling pesat. Gerakannya juga kelihatan ringan, presisi, dan lincah. 3 minggu setelah ikut les dia langsung naik ke level Stingrays. Kemudian berturut2 naik ke Sharks dan Tiger Sharks. Saat ini (setelah les selama 7 term), Betari ada di level Barracudas. Well done Bebi!



                                            



Mas2 pernah naik level sekali, yaitu ke Junior Learners - Intermediate. Kami perhatikan mereka juga udah cukup lancar di freestyle, backstroke, dan survival backstroke. Akhirnya di term ini kami berhentikan lesnya. Namun Mas Rama dan Mas Dewa tetap renang mandiri sambil nungguin adiknya les. Mereka harus menyelesaikan minimal 10 full lenght dengan bermacam-macam gaya renang. Dengan demikian kemampuan renangnya bisa makin berkembang. Betari baru akan berhenti les setelah lulus level tertinggi utk anak school age, yaitu Marlins. Sebenarnya udah jenuh banget dan yang nganterin juga udah mager. Tapi rasanya sayang karena tinggal 2 level lagi. Apalagi berenang adalah kesempatan anak2 untuk olahraga. Kalau di rumah paling cuma main games atau nonton youtube. 


                                                                 

 





Sejak dulu anak2 memang suka banget main air. Mungkin bisa dilihat dari postingan2 liburan kami. Kalau ada kolam renang pokoknya bawaannya mo nyebur aja seharian. Hahahaha. Ternyata itu yang membuat mereka cepat bisa renang. Ini karena mereka merasa nyaman dan percaya diri di dalam air. Saat ini, saking udah terbiasa renang, anak2 ga masalah sama sekali ketika lompat di diving board dan nyebur ke kolam yang dalamnya 4m. Mereka dengan santai berenang ke tepi kolam. Ibunya fixed tenggelam! Wkwkwkwkw... Meski rempong bolak balik nganterin renang, tp semua itu rasanya terbayar ketika ngeliat anak2 udah bisa menguasai salah satu survival skill. 





Oh iya, renang juga jadi kurikulum wajib bagi anak sekolah di NZ. Menjelang spring ortu diminta mengisi formulir untuk menggambarkan kemampuan renang anak. Nantinya sekolah akan menyampaikan form itu ke pihak eksternal yang menjadi penyelenggara renang intensif utk anak2 di sekolah tersebut. Jadi selama 2 pekan di musim semi, anak2 akan diakomodasi pihak sekolah untuk ke kolam renang tiap hari. Ini foto Betari yang dishare gurunya saat les renang bersama teman2 sekelasnya di musim semi tahun lalu. Dia bangga banget karena teman2nya bilang renangnya jago 😄


Alhamdulillah, sungguh ada banyak hal yang kami syukuri karena Allah memberi kesempatan untuk tinggal dan berkegiatan di sini ❤


-the wife-