Sunday, June 12, 2011

Untuk renungan...

Saat ini gw udah kehilangan dua orang anggota keluarga yang paling gw cintai. Hal tersebut memang musibah yang berat, tetapi beban sebesar itu turut pula mendewasakan dan merubah cara pandang gw terhadap arti kehidupan. Banyak yang bilang bahwa tempat seseorang di akhirat nanti bisa terlihat dari ketika orang tersebut meninggal dunia. Gw coba mengingat2 bagaimana kedua orang yg paling gw cintai meninggalkan kehidupan ini.

Fikri pergi karena sakit. Ketika hari pemakamannya, ada banyak bgt orang yg memenuhi rumah kami. Kerabat, tetangga, dan teman2 Almarhum. Semua orang cerita ke gw betapa jumlah orang yg mensholatkan adik gw itu lebih banyak daripada jamaah sholat Ied. Ga putus2 pula temennya dateng ke makamnya sampai saat ini. Alhamdulillah, sesungguhnya itu pertanda yang baik. Fikri adalah anak yg pendiam. Setelah pemakaman kami baru tau dari temen2nya bahwa dia sering puasa senin kamis dan selalu jadi imam sholat di mesjid sekolahnya. Oleh karena itu, meski sedih luar biasa setidaknya kami yang ditinggalkan masih bisa tersenyum karena tau Fikri pasti disayang Allah. Amieen...

Sekarang gw merenungi kepergian papa. Memang beliau menghadap Allah karena dianiaya orang. Klo inget itu miris ya. Padahal papa orang baik. Papa ga pernah marah2 apalagi berbuat kasar. Papa ga pernah hitung2an tiap beramal ke mesjid atau ke manapun juga. Tiap malam beliau juga ga pernah absen sholat tahajud dan tilawah sampai waktu subuh. Bener deh, kan kamar gw deket bgt sama musholla rumah kami. Gw selalu bisa denger suara ketika beliau wudhu dan suara merdu papa yang mengaji Alquran. Pada dini hari tanggal 19 Mei itu pun papa masih melakukan ibadah tersebut. Tapi koq Allah mentakdirkan maut yg sungguh tidak lazim bagi beliau? Ahh... kemudian kami mendengar cerita orang2 yang sungguh melegakan.

Jenazah beliau dibuang jauh dari rumah, di daerah Purwakarta yg konon sepi dan menakutkan. Kira2 setelah tidak ada selama 2x24 jam baru jenazah beliau secara ga sengaja ditemukan oleh petani yang kebetulan mau ambil pisang di dekat situ. Setelah diotopsi dll, warga sekitar tempat kejadian meminta agar mereka diperbolehkan memakamkan jenazah tanpa identitas tsb. Meski kondisinya sudah buruk (udah 3x24 jam), warga tetap memandikan, mengkafani, dan memakamkan jenazah yang sama sekali ga mereka kenal itu. Kepala desa juga pergi ke desa2 tetangga untuk menginformasikan kepada jamaah mesjid utk mengadakan sholat gaib. Setelah pemakaman pun mereka ngadain tahlilan selama dua hari sembari berdoa supaya keluarga bisa cepat menemukan sang jenazah. Dan Allah benar2 memberi petunjuk kepada kami untuk membawa papa pulang. Sungguh, itu hal yang selalu kami syukuri tiada putus. Alhamdulillah Ya Allah, sunggung Engkau memang Tuhan yang Maha Baik...

Kami lama merenung, kenapa orang asing bisa berbuat sebegitu baik kepada jenazah korban pembunuhan yang dibuang? Klo kejadiannya kita yg menemukan pasti maunya kasih ke polisi lalu lepas tangan kan? Lama kami pikirkan, akhirnya kami menemukan jawaban. Pasti itu karena amal2 baik papa selama hidupnya. Bisa jadi sholat2 malam beliau, tiap untaian ayat AlQuran yang senantiasa beliau lafazkan, dan segepok amal2 baik lainnyalah yang membuat kepala desa dan warga sekitar sana yakin 100% bahwa jenazah pasti beragama Islam sehingga mereka memakamkan secara Islam pula. Aiih, klo inget itu kami jadi berbahagia. Insya Allah tempat papa adalah surga. Amieenn...

Pasca kejadian itu gw dan mas jadi sering bercakap2, bisa ga ya kami kyk Fikri dan papa ketika menghadap Allah? Mas bilang Insya Allah bisa, asal kami mulai memperbaiki ibadah kami dan memperbanyak amalan2 baik. Jadi termotivasi nih. Sekarang tinggal pelaksanaannya aja yah.. :)

-the wife-

2 comments:

  1. Ass mba Phia, Alm Papanya Pasti orang yang sangat baik.

    ReplyDelete
  2. ass mba phia semoga arwqh beliau diterima disisi ALLAH dan orang yang menganiaya beliau kelak akan mendpt ganjaran yg setimpal dr ALLAH SWT amiiin

    ReplyDelete