Tahun 2022 sudah hampir sebulan berlalu. Karena akhir tahun super sibuk dengan berbagai hal, maka kaleidoskope 2022 baru bisa ditulis sekarang. Selain itu, mood nulis ibunya anak2 memang sering error 😁
Setelah melampaui 2020 dan 2021 dengan segala perbedaan dan kebaruannya, kami pikir tahun 2022 akan lebih stabil dan tenang. Ternyata kehidupan kami di 2022 juga tidak lepas dari roller-coaster ride. Setelah diterima di dua kampus, pekerjaan besar lain menanti: SIAP-SIAP BERANGKAT. Persiapan berangkat ini dimulai dengan ikut serta di kegiatan Persiapan Keberangkatan (PK) LPDP untuk si ibu penerima beasiswa. Ini penuh drama yang mirip seperti drama2 terdahulu: waktu terbatas - pekerjaan kampus menghimpit - tugas PK super banyak. Selain itu, out of nowhere tiba2 ibu ditunjuk sebagai salah satu Perwakilan Angkatan yang tentu membuat tanggung jawab bertambah. Menjelang lebaran betul2 sudah buntu dan terpikir utk ga ikut mudik karena masih banyak pekerjaan yang belum selesai. Tapi tentu ini big no-no. Ya udah dijalani aja meski rasanya udah kyk robot dan banyak blank-nya.
Setelah PK berakhir, ada drama berikutnya yang dihadapi: harus mengajukan pindah Program Studi ke LPDP krn nama Program Studi yang tertulis saat pendaftaran LPDP berbeda dengan yang tertera di LoA kampus. Permohonan pindah Prodi ini hanya bisa dilakukan maksimal di tanggal 5 atau 6 setiap bulannya, dan keputusannya akan diberikan di akhir bulan. Si ibu baru menyadari harus mengajukan pindah prodi ini di tanggal 7 Juni. Artinya hrs nunggu sebulan lagi untuk bisa masukin permohonan. Langsung stres berat krn timeline ga sesuai dengan harapan. Saat itu khawatir banget bahwa hal2 ini akan membuat pengajuan visa jadi terlambat dan akhirnya terlambat datang ke negara tujuan.
Berdasarkan info di website Immigration New Zealand (INZ), 90% student visa diproses dalam waktu 89 hari dan dependentnya dalam waktu 4 bulan. Kalau baru mengajukan pindah prodi awal Juli dan SK pindah prodi baru diberikan di akhir Juli, maka bisa jadi Letter of Guarantee (LoG) dari LPDP baru keluar di pertengahan atau akhir Agustus. LoG ini esensial untuk apply visa karena merupakan bukti adanya support keuangan. Takut banget enrolment 1 November 2022 ga terkejar. Langsung deh janjian sama para supervisor untuk zoom meeting utk membahas hal itu. Alhamdulillah mereka welcome apabila enrolmentnya diundur ke awal Februari 2023, dengan pertimbangan bahwa bisa jadi visa untuk gw dan/atau keluarga ga bisa keluar sebelum November. Supervisor sangat mendukung bahwa kami harus berangkat bareng supaya semuanya fokus dan tenang. Dengan angin segar dari supervisor, maka semua kembali dijalani dengan lapang dada.
Di tengah2 semua itu, Bapak memberi kabar kalau pak bos mau ngajak jalan2 ke Turki saat liburan sekolah anak2. Kami setujui dengan alasan: (1) untuk refreshing di masa yang penuh tekanan; (2) lama penerbangan ke Turki mirip2 dengan lama penerbangan ke NZ, maka bisa menjadi semacam gladi resik perjalanan kami nantinya, dan (3) tentunya karena gratis yaaa 😂 Namun perjalanan ini batal karena travel agennya ga berhasil mendapatkan tiket untuk kami semua. Akhirnya jalan2nya di re-route ke Batam dan Singapura. Menurut kami berdua, ini justru lebih baik untuk anak2 karena lebih menyenangkan dibandingkan ke Turki. Ini sudah pernah diceritakan di postingan2 sebelumnya. Jadi semua foto dan kegiatannya sudah ada di sana.
Mas Rama juga lulus SD di pertengahan 2022. Kami tetap mendaftarkan dia di SMP meskipun tahu bahwa kemungkinan dia belajar di sana maksimal hanya 1 semester. Di akhir 2021 sebenernya Mas Rama udah keterima di SMPIT swasta di Kelapa Dua, Depok. Dengan pertimbangan bahwa lokasi sekolahnya cukup jauh dan uang pangkalnya terlalu mahal (ini ga worthed karena kami sudah tau akan segera berangkat ke Selandia Baru), maka kami mengundurkan diri. Kami sempat coba daftarkan ke SMP negeri, tapi gagal total. Oleh karena itu, Mas Rama pada akhirnya bersekolah di SMP Muhammadiyah 1 yang lokasinya dekat dari rumah dan uang masuknya ga terlalu besar.
Alhamdulillah SK persetujuan pindah Prodi keluar saat kami sedang di Singapura. Saat itu bener2 terharu banget, karena belum sampai pertengahan bulan SKnya udah keluar. Begitu sampai Jakarta langsung deh memproses pengajuan SP dan LoG. Mulai terbuka kembali harapan bahwa LoG bisa keluar sebelum pembukaan border NZ di tanggal 1 Agustus 2022. Indeed, LoG bisa didapatkan di waktu yang tepat 💗
Oh iya, kami menggunakan agen IDP untuk apply visa kami sekeluarga. Ga ada biaya yang diminta sama agen ini, alias gratis tis. Meski kadang kami berselisih pendapat, namun secara overal kinerjanya oke banget. Segala dokumen keperluan visa telah kami cicil selama berbulan2, mulai dari terjemahan tersumpah untuk bbrp dokumen resmi, bank reference, surat kelakuan baik dari kepolisian, hasil MCU, dan lain-lainnya. Yang lucu adalah bukti untuk partnership/pernikahan ga cukup hanya dengan kartu keluarga dan buku nikah, tapi juga harus melampirkan foto2 pernikahan, kwitansi cincin kawin (kalau ada), foto keluarga dengan berbagai latar dan setting, screencapture medsos, bukti sharing keuangan, dan bukti2 lain yang dapat memperkuat bahwa pernikahan ini didasarkan pada genuine intention dan akan bertahan selama bertahun-tahun ke depan. Aya2 wae nih INZ 😁 Meski sambil ketawa dan nyengir ga percaya, semua bukti tetap kami siapkan. Kami berhasil submit aplikasi visa 10 hari setelah border dibuka. Alhamdulillah visa kami sekeluarga keluar di akhir Agustus 2022 😍
Setelah visa keluar mulailah terasa bahwa kami akan segera berangkat. Kami lapor ke sekolah anak2 bahwa September adalah bulan terakhir mereka sekolah. Bapak juga lapor ke HRDnya bahwa dia akan resmi resign di akhir September. Hal yang menyedihkan mulai terasa saat mobil kesayangan kami dijual. Ini foto di hari mobil itu akan diambil sama pembelinya. Pagi2 kami foto dulu di dalamnya 😭😭
Sedih juga di hari2 terakhir anak2 sekolah. Mas Rama belum lama masuk di SMPnya (baru 2 bulan lebih), maka dia dan teman2nya ga terlalu merasa sedih karena belum ada attachment. Sementara Dewa dan Betari sudah di sekolah mereka sejak di Kelompok Bermain. Saat berhenti dari sekolah, Dewa duduk di kelas 5 dan Betari di kelas 2. Mereka juga lagi senang2nya sekolah tatap muka penuh karena di semester sebelumnya masih online atau blended. Ini foto di hari terakhir anak2 sekolah di Indonesia. Ibunya sediiiih banget, feeling guilty dan terus terpikir apakah ini merupakan keputusan yang tepat. Ga pernah terbayang bahwa memberhentikan anak dari sekolah adalah hal yang sangat sentimentil 💔